SMAMDELAGRES — Ahad pagi (28/9/2025) ruang podcast SMA Muhammadiyah 8 (Smamdela) Gresik, Jawa Timur, terasa berbeda. Bukan hanya karena suasana akhir pekan yang tenang, tetapi karena hadirnya tamu istimewa: Prof. Dr. dr. Sukadiono, M.M., Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.
Dalam program Oasis—Obrolan Asik dan Inspiratif—ia berbincang santai selama 15 menit, namun penuh makna. Percakapan berlangsung di ruang podcast yang sederhana namun hangat.
Prof. Sukadiono duduk berhadapan dengan saya sebagai host, sementara di antara kami ada rangkaian bunga oranye dan putih yang memberi sentuhan segar. Kehangatan itu membuat obrolan terasa akrab, seolah berlangsung di ruang tamu keluarga. Sosok Prof. Sukadiono tentu tak asing di Muhammadiyah. Sebelum menjabat Ketua PWM Jawa Timur, ia pernah memimpin Universitas Muhammadiyah Surabaya sebagai rektor tiga periode. Kini ia dipercaya mengemban amanah baru sebagai Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan di Kemenko PMK RI.
Jejak panjang kepemimpinannya di bidang pendidikan, kesehatan, dan organisasi membuat kehadirannya di Smamdela menjadi momen berharga untuk belajar langsung tentang makna menjadi pemimpin.
Benih Kepemimpinan sejak Kecil
Dalam obrolan, Prof. Sukadiono mengaku sejak kecil sering dipercaya sebagai ketua kelas atau koordinator kegiatan di sekolah dasar. “Entah kenapa, saya selalu didorong untuk maju, meskipun waktu itu belum paham betul apa arti kepemimpinan,” kenangnya sambil tersenyum.
Kisah sederhana itu disambut tawa, namun menyiratkan pesan bahwa kepemimpinan sering lahir dari pengalaman kecil yang konsisten diasah.
Meski kini dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah, ia baru benar-benar aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) ketika kuliah.
“Di daerah saya dulu (Jombang), organisasi Muhammadiyah belum sekuat sekarang. Jadi pengalaman saya ber-IPM justru baru saat mahasiswa,” ujarnya. Pengalaman itu, katanya, menegaskan bahwa tak ada kata terlambat untuk menapaki jalan organisasi.
Kepada pelajar, dia menekankan pentingnya menjaga marwah diri. “Jangan sampai terseret perilaku nakal seperti judi atau miras, karena itu bisa merusak harga diri seorang pelajar,” pesannya.
Menurutnya, pelajar yang baik bukan hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berakhlak mulia dan terbuka pada ilmu.
Empat Syarat Pemimpin
Dalam perbincangan yang santai namun sarat makna itu, Prof. Sukadiono kemudian menyinggung empat syarat utama yang menurutnya harus melekat pada diri seorang pemimpin.
Pertama, pemimpin sejati harus senantiasa menjaga akhlakulkarimah. Baginya, akhlak bukan sekadar atribut, melainkan fondasi moral yang menjadi ukuran integritas seorang pemimpin.
Kedua, seorang pemimpin wajib istikamah dalam menjalankan amanah. Konsistensi inilah yang akan membuat kepercayaan tumbuh dan kepemimpinan bisa bertahan.
Ketiga, ia menekankan pentingnya sikap rendah hati untuk terus belajar. Membaca buku, memperluas wawasan, dan mencari ilmu dari berbagai sumber adalah jalan panjang yang tidak boleh ditinggalkan.
Dan yang terakhir, ia mengingatkan satu hal yang sering dianggap sepele, tetapi justru menjadi sumber kekuatan batin: salat tahajud.
Dengan nada tegas ia menuturkan, “Tahajud itu bukan hanya soal ibadah, tapi juga cara melatih kedekatan spiritual seorang pemimpin dengan Allah.”
Faktor Internal dan Eksternal
Ia juga menguraikan dua faktor dalam kepemimpinan. Faktor internal adalah bagaimana seorang pelajar menjaga dirinya: haus akan ilmu, berakhlak, dan berkomitmen.
Sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan yang mendukung, mulai dari fasilitas sekolah hingga sistem yang menciptakan ruang aman untuk tumbuh.
Bagi pelajar Muhammadiyah, sekolah disebutnya sebagai laboratorium kepemimpinan yang efektif. Di sinilah mereka tidak hanya menimba ilmu, tetapi juga berlatih organisasi, belajar manajemen, melatih tanggung jawab, dan membangun jejaring positif.
“Kalau pelajar Muhammadiyah bisa memaksimalkan sekolah dan organisasinya, insyaallah mereka siap melangkah lebih jauh di masa depan,” ucapnya penuh keyakinan.
Pesan Penutup
Meski singkat, percakapan 15 menit itu terasa padat. Ada tawa hangat saat ia mengenang masa kecil, ada pula keheningan hening saat ia menegaskan pentingnya tahajud. Semua berpadu menjadi potret sisi manusiawi sekaligus visioner dari seorang Ketua PWM Jawa Timur.
Sebelum menutup obrolan, Prof. Sukadiono menyampaikan pesan yang menancap kuat: “Kalau akhlak dijaga, ilmu terus dicari, istiqomah dilatih, dan tahajud tidak ditinggalkan, insyaAllah pelajar bisa tumbuh jadi pemimpin yang membanggakan.”
Podcast penuh inspirasi ini segera tayang di kanal YouTube Smamdela. Hanya 15 menit, tapi sarat makna—layak ditunggu oleh siapa saja yang ingin belajar kepemimpinan dari pengalaman langsung seorang pemimpin Muhammadiyah Jawa Timur. (#)
Jurnalis Liset Ayuni
Sumber : Tagar.co