SMAMDELAGRES — Riuh diskusi terdengar dari sebuah villa di Pacet. Siswa-siswa SMA Muhammadiyah 8 Gresik (Smamdela)duduk berkelompok, serius mengerjakan case study tanpa bantuan gawai, tanpa mesin pencari, apalagi AI. Semua ide mereka lahir dari hasil berpikir bersama, diiringi semangat khas pelajar Muhammadiyah yang sedang ditempa.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) PR IPM Smamdela yang rutin digelar setiap tahun. Dari 47 siswa yang lolos seleksi dua tahap sejak Agustus, sebanyak 37 akhirnya mengikuti rangkaian LDKS (25–27/9/2025).
Jika sebelumnya LDKS lebih sering mengandalkan analisis SWOT untuk melatih kepemimpinan, tahun ini ada terobosan baru yakni peserta diperkenalkan pada teknik berpikir Appreciative Inquiry (AI) dan Analisis Sosial (Ansos).
Materi problem solving ini dibawakan oleh guru BK sekaligus guru Sosiologi Smamdela, Liset Ayuni, S.Psi. Baginya, kesempatan ini bukan hanya menyampaikan teori, melainkan juga mendampingi murid-muridnya mengasah logika berpikir kritis.
“Dengan AI, siswa belajar menggali kekuatan untuk mencari solusi. Sedangkan Ansos membantu mereka memahami akar masalah sebelum mengambil keputusan,” jelasnya.
Diskusi berjalan dinamis. Setiap kelompok diminta menuntaskan case study tanpa HP. Hasilnya, mereka lebih banyak bertukar pikiran, menyusun argumen, dan berlatih mendengarkan. Beberapa kelompok memilih menelusuri masalah dengan Ansos, sementara lainnya lebih tertarik menggunakan AI karena menawarkan cara pandang yang optimis.
Bunga Revelian Nurjannah, salah satu peserta, menceritakan pengalamannya. “Kelompok kami cenderung menganalisis case dengan AI karena lebih mudah menemukan kekuatan yang bisa dijadikan pijakan untuk solusi. Rasanya lebih semangat dan positif,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan panitia LDKS, Diesta Niken. Ia menilai tahun ini peserta lebih beruntung karena mendapat bekal problem solving secara formal. “Di LDKS sebelumnya, teknik logika berpikir belum pernah diajarkan. Mereka hanya tahu SWOT secara otodidak. Baru tahun ini langsung belajar AI dan Ansos, dan itu jadi nilai tambah besar,” ujarnya.
Dari villa di lereng Pacet, pengalaman sederhana ini meninggalkan kesan mendalam. Tanpa bergantung pada teknologi, para kader IPM Smamdela berlatih memimpin dengan cara baru, yakni berpikir kritis, solutif, sekaligus visioner, sebuah bekal penting untuk mengemban amanah organisasi di masa depan.
Penulis : Naflah Shoofiyah
Sumber : pwmu.co