SMAMDELAGRES — Kabut tipis masih menari di udara pegunungan ketika Kamis pagi (25/9/2025), 37 pelajar SMA Muhammadiyah 8 (Smamdela) Gresik, Jawa Timur, berkumpul di Bundaran Pacet, Kabupaten Mojokerto.
Tepat pukul sembilan, langkah-langkah mereka serentak menapak, menyusuri jalur menanjak selama dua jam menuju Villa Asia Jaya, lokasi utama Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) tahun ini.
Dengan wajah dicoret warna hitam dan bekal di tangan, para peserta meniti jalan menanjak dengan napas teratur dan irama langkah yang kompak.
Tepat pukul sebelas siang, rombongan tiba dengan sorot mata berbinar. Bukan hanya karena berhasil menaklukkan rute yang melelahkan, tetapi juga karena rasa kebersamaan yang tumbuh di sepanjang perjalanan.
Tradisi Jalan Kaki yang Jadi Identitas
Bagi warga Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PR IPM) Smamdela, tradisi jalan kaki yang mereka sebut re-treat bukan sekadar kegiatan seremonial.
Sejak lama, ia menjadi ritual pembuka LDKS—warisan yang dijaga dari generasi ke generasi.
Dua pekan sebelum keberangkatan, panitia sudah menggembleng peserta dengan latihan fisik. Bukan semata melatih otot dan pernapasan, tetapi juga menanamkan disiplin, mengasah mental, sekaligus memupuk militansi.
Coretan hitam di wajah pun bukan hiasan asal. Ia menjadi simbol keteguhan hati, keberanian menghadapi tantangan, sekaligus tanda kesiapan untuk masuk ke barisan calon pemimpin muda yang tidak mudah gentar.
Vibes “Pendaki Kalcer”
Di kalangan Gen Z, istilah “kalcer” kini populer sebagai gaya gaul menyebut culture. Dari situlah lahir istilah “pendaki kalcer”—pendaki yang naik gunung bukan sekadar menaklukkan puncak, melainkan untuk merayakan vibes kebersamaan, mengabadikan momen estetik, dan menikmati serunya perjalanan.
Re-treat PR IPM Smamdela menghadirkan nuansa yang serupa. Perjalanan dari Bundaran Pacet ke Villa Asia Jaya bak pendakian mini: udara dingin, jalur menanjak, hingga rasa lega saat tiba di tujuan.
Setiap langkah bukan hanya memendekkan jarak, tetapi juga menghidupkan empati, kerja sama, dan gairah kebersamaan layaknya komunitas pendaki kalcer.
Grow Together, Lead with Character
Tema LDKS 2025, “Grow Together, Lead with Character”, menemukan wujudnya sepanjang perjalanan itu.
“Grow together” tercermin ketika 37 peserta berjalan seirama, saling menunggu dan saling menguatkan agar tak ada yang tertinggal.
Sementara “lead with character” terlihat dari spontanitas memimpin kelompok kecil, memberi semangat kepada yang lelah, dan menunjukkan kepedulian tulus tanpa menunggu jabatan.
“Pemimpin bukan hanya yang paling kuat, tetapi yang paling peduli,” ungkap A. Rizal Azdka, Wakil Kepala Smadea Urusan Kesiswaan Smamdela, saat menyambut rombongan dengan bangga.
Sentuhan Lokal dan Kenangan yang Membekas
Tahun ini panitia menambahkan sentuhan khas Gresik. Lima kelompok peserta dinamai berdasarkan makanan tradisional: Ayas, Pudak, Jubung, Krawu, dan Bonggolan.
Identitas lokal itu menyatu dengan semangat kepemimpinan, menegaskan bahwa menjadi pemimpin juga berarti berakar pada budaya sendiri.
Bagi para alumni, momen jalan kaki ini kerap jadi kenangan paling membekas, bahkan lebih berkesan daripada materi kelas.
Ketika seluruh rangkaian LDKS usai, para peserta tak hanya pulang dengan sertifikat, tetapi dengan kesadaran bahwa kepemimpinan sejati adalah perjalanan panjang, penuh tanjakan, yang hanya bisa ditaklukkan bersama dengan empati dan militansi.
Layaknya pendaki kalcer yang pulang membawa kisah, peserta LDKS PR IPM Smamdela kembali dengan cerita bahwa memimpin berarti berjalan bersama orang lain, dan justru di situlah karakter ditempa.
Jurnalis Penyunting Mohammad Nurfatoni
Sumber : Tagar.co